Padang, Padangkita.com - Setiap 8 Maret diperingati sebagai hari perempuan. Peringatan biasanya diisi dengan aksi damai, orasi, dan pameran karya dari perempuan lintas profesi. Pun membicarakan isu yang lekat dengan perempuan serta kiprah perempuan dari berbagai bidang.
Kali ini Padangkita.com merangkum perempuan Minang yang memiliki kiprah di dunia sastra. Berikut perempuan Minang dan karya sastranya yang dikutip dari buku Pengarang Sumatra Barat Era Reformasi (1998-2013) yang ditulis oleh Armini Arbain.
Elly Delfia
Elly Delfia salah seorang pengarang yang berasal dari Kota Pariaman. Ia telah menulis kumpulan cerpen dan naskah drama. Beberapa bukunya yang telah terbit yaitu, kumpulan cerpen Musim Manggaro (2009), Kupu-Kupu Banda Mua (2018), Naskah Drama Perempuan dalam Keranda Kaca (2006), dan Kumpulan Puisi bersama Dua Episode Pacar Merah (2005).
Dalam karyanya, Elly Delfia menulis mengenai kisah perempuan, perempuan sebagai anak, perempuan sebagai istri, perempuan pekerja, dan lainnya.
Maya Lestari GF
Maya Lestari Gf lahir di Padang Panjang pada 18 Agustus 1980. Maya mulai menulis sejak tahun 1999 dan telah menerbitkan beberapa buku. Di antaranya Kumpulan Cerpen Pitopang (2004), Novel Ken Denting Dua Hati (2004), Novel Farewell Party (2005), Novel Kupu-Kupu For de Kock (2013), Habibie (2016) dan Serial Anak Attar (2013).
Selain itu, ia juga memiliki kiprah menjadi instruktur menulis untuk semua kalangan (anak-anak dan dewasa) dan menggagas Kelas Kreatif Indonesia (KKI). Merupakan sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pengembangan literasi di kalangan anak usia sekolah dasar di Sumatra Barat.
Ka’bati
Ka’bati menulis novel Padusi yang diterbitkan pada tahun 2010. Novel ini menceritakan perjuangan seorang padusi (perempuan) Minang sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia. Saat ini, selain tetap menulis, Ka’bati juga mengelola Ruang Kerja Budaya (RKB) yang beralamat di Belimbing, Kuranji, Padang. RKB merupakan lembaga kebudayaan yang bergerak pada kebijakan kebudayaan, dokumentasi kebudayaan, dan pemajuan kebudayaan.
Nang Syamsudin
Memiliki nama asli Syahlinar Udin, Nang Syamsudin telah menulis beberapa novel. Di antaranya Novel Lagu Rindu dari Kampus Selatan, Novel Mengurai Rindu, dan Novel Penari Kampus. Salah satu novel Nang, Mengurai Rindu bercerita tentang percampuran budaya orang Minangkabau dengan etnis Tionghoa melalui pernikahan.
Sastri Bakri
Sastri Bakri telah aktif menulis sejak remaja. Beberapa karya yang telah diterbitkan di antaranya Novel Kekuatan Cinta (2009), Novel Hatinya Tertinggal di Gaza, Novel Sedikit di Atas Cinta (2013), dan Sastra Sastri dalam Puisi (2013). Serta kumpulan karya bersama seperti, Sajak Berdua dengan Free Heraty (Forum Sastra Wanita Tamening, 1996), Antologi Puisi 26 Penyair Hawa (1997), Kumpulan Sajak Puisi (1999), dan Siti Manggopoh (2003).
Baca juga: Protokol Kesehatan Sudah Lama Ada dan Jadi Kearifan Lokal di Minangkabau
Free Hearty
Free Heraty telah menulis beberapa novel. Di antaranya Novel Tuhan Telah Memutuskan (2004), Novel Cinta di Lorong Waktu (2012), dan Tari Imaji. Serta buku nonfiksi yang berjudul Keadilan Jender Muslim Timur Tengah (2011). [pkt]