Padangkita.com - Ratusan pedagang korban kebakaran Pasa Ateh Bukittinggi melakukan aksi demo menuntut kejelasan nasib mereka. Mereka mendatangi balai kota Bukittinggi dengan membawa spanduk ukuran besar, Senin (05/12/2017). Hingga saat ini para pedagang masih belum memiliki tempat berjualan permanen pengganti lokasi mereka berdagang sebelumnya.
Perwakilan pendemo, Indra mengatakan bahwa mereka menuntut kepastian tempat berjualan hingga tempat penampungan sementara selesai di bangun. Mereka berharap pemko Bukittinggi dapat mengizinkan mereka berdagang di di jalan Minangkabau dan Jalan Ahmad Yani.
“Hingga saat ini kami belum mendapatkan fasilitas dari pemko mengenai kepastian tempat berjualan sebelum selesainya penampungan. Agar diizinkan berjualan di jalan Ahmad Yani dan jalan Minangkabau selama ini berjualan dengan mobil selalu digusur oleh SK4 dan diminta uang parkir yang tinggi, dari 763 pedagang yang terkena dampak kebakaran lebih kurang 500-nya belum mendapatkan tempat untuk berjualan”, katanya.
Selain itu para pedagang juga meminta pemko Bukittinggi untuk segera membersihkan lokasi sisa-sia kebakaran Pasa Ateh bebeberapa waktu lalu. Pedagang khawatir sisa-sisa kebakaran akan berjangkit penyakit DBD.
Sementara itu, Walikota Bukittinggi Ramlan Nurmatias mengatakan pemko sedang berupaya mencarikan sumber keungan untuk membangun Pasa Ateh tersebut. Untuk itu dirinya meminta para pedagang untuk dapat bersabar.
“Kami berharap agar Bapak dan Ibu semua bersabar, kami dari pemerintah daerah selalu memikirkannya dan bahkan setiap hari selalu berupaya mencarikan sumber keuangan untuk pembangunan penampungan tersebut dan itu tidaklah mudah untuk mendapatkannya karena memang tidak tersedia dan tidak dianggarkan pada APBD Kota Bukittinggi”, ujar walikota dikutip dari humas pemko, Selasa (05/11/2017).
Walikota menjelaskan para pedagang yang ingin berjualan menggunakan mobil di jalan Minangkabau dan jalan Ahmad Yani tidak dilarang menjelang selesainya penampungan. Namun, pedagang tidak boleh menggunakan tenda dan lapak-lapak karena dapat merusak keindahan dan ketertiban kota. Kebersihan harus tetap dijaga agar orang tetap datang berkunjung ke Bukittinggi.
Disamping itu, karena jalan tersebut nantinya akan dilewati oleh kendaraan yang akan keluar masuk untuk pembangunan pasa ateh yang direncanakan akan dimulai pada tahun depan. Dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran sebab sesuai hasil penelitian tim, Pasa Ateh tidak layak untuk direnovasi tetapi harus dibangun kembali.
Ramlan juga menegaskan bahwa sewa parkir kendaraan hanya Rp2.000 perhari apabila ada yang melebihi itu adalah oknum dan disilahkan untuk melaporkan kepada petugas kepolisian nantinya.
"Uang parkir hanya Rp2.000 perhari, jika ada yang memungut lebih silakan dilaporkan," tegasnya.
Sedangkan tuntutan untuk melakukan pembersihan, walikota memerintahkan langsung kepada kepala SKPD terkait untuk mengkoordinir melakukan pembersihan oleh ASN bersama pedagang dan dibantu TNI dan Polri.
Pembangunan kembali Pasa Ateh menurut wako tidak akan menggunakan jasa investor. Saat ini telah banyak yang menawarkan diri bahkan untuk menjamin pembuatan penampungan pedagang, namun ditolak karena pemda tidak menginginkan nantinya pedagang akan membayar dengan harga yang tinggi.
“Saat ini telah banyak investor medatangi saya, dan bahkan ada yang menggratiskan pembangunan penampungan, kalau kita bangun dengan investor kasihan pedagang, akan mahal membayarnya, untuk itu kita upayakan membangun dengan uang pemerintah,
kita tidak inginkan beban masyarakat bertambah berat, kalau perlu kita berhutang agar pedagang kita dapat murah”, pungkasnya.