Jakarta, Padangkita.com - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi membeberkan penyebab harga kedelai di Indonesia yang terus melambung. Menurutnya, masalah utama ada pada sisi suplai dari negara penghasil kedelai yaitu Brasil dan Argentina.
"Ada gangguan cuaca di Amerika Latin yang menyembabkan kondisi basah di Brasil dan Argentina. Di Argentina juga terjadi mogok, baik dari sektor distribusi maupun pelabuhan," kata Lutfi dalam konferensi pers secara virtual pada Senin (11/1/2021).
Selain itu, kata dia, tingginya permintaan kedelai dari berbagai negara di dunia juga menjadi penyebab utama kenaikan harga dari bahan pokok tahu tempe itu.
Peningkatan permintaan itu terjadi usai China kembali membuka peternakan babi yang sebelumnya sempat dimusnahkan karena flu babi.
Pemerintah China kemudian membuat aturan pemberian makan babi untuk menghindari kejadian serupa terulang.
Baca juga: Emas Antam Hari Ini Dibanderol Seharga Rp952.000 per Gram
"Karena makanan (babi) diatur, yang besar permintaan hampir mengkali-duakan kedelai dari China ke Amerika Serikat (AS) dalam kurun waktu yang singkat. Jadi, dari 15 juta ton biasanya permintaan di sana, (China) naikkan permintaan jadi 28 juta ton. Ini yang menyebabkan harga tinggi," jelasnya.
Lufti menjelaskan harga kedelai di pasar internasional saat ini menyentuh US$13 per rumpun, menjadi yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir.
Sementara itu, di Indonesia, harga kedelai di gudang importir sebesar Rp8.500 per kilogram (Kg), lalu menjadi Rp8.800-Rp8.900 per kg ketika sampai di tangan perajin tahu tempe.
Lutfi memprediksi harga kedelai akan terus meningkat hingga akhir Mei 2021. Menurutnya, harga akan kembali membaik mulai Juni 2021 mendatang.
"Kami baru melihat bahwa karena hasil dari crop (panen) di 2021 dinyatakan baik dan Brazil akan kembali pada produksi, mungkin lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya," kata Lutfi.
"Kami akan menjadi penengah antara pengrajin dan pasar untuk memberitahukan harga tahu tempe (secara rutin tiap bulan)," tambahnya. [try]