Berita Padang terbaru dan berita Sumbar terbaru: Dua hari belakangan sejumlah pohon bertumbangan di Kota Padang. BPBD menduga, pohon-pohon yang tumbang itu karena lapuk.
Padang, Padangkita.com - Sejak dua hari terakhir, sejumlah pohon bertumbangan di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Dugaan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, pohon-pohon yang tumbang itu akibat pelapukan.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Mairizon mengatakan, bertumbangannya pohon-pohon itu karena ulah manusia juga.
Dijelaskannya, banyak masyarakat yang tak mengindahkan lingkungan sekitar, sehingga merusak pohon-pohon tersebut. Seperti Pohon Mahoni dan Jati, kata Didik, pohon itu akan rusak jika akarnya diganggu.
"Pohon jenis Jati dan Mahoni itu ada yang berumur 15 tahun, 30 tahun, bahkan hingga 100 tahun lebih, seperti di kawasan Parak Gadang dan Mangunsarkoro, Kecamatan Padang Timur," ujar Mairizon kepada Padangkita.com saat dihubungi via telepon, Kamis (24/12/2020).
Jadi, kata Mairizon, pelapukan yang terjadi pada pohon dan mengakibatkan pohon itu tumbang karena lingkungan sekitar, atau ulah tangan manusia yang ada di sekitarnya.
"Misalnya, ada yang mengunggun (membakar) di bawah pohon itu, seperti di dekat warung yang dekat dengan pohon, dia bakar sampah di bawah pohon, maka akar pohon itu akan mati," ungkap Mairizon.
Selain itu, jelas Mairizon, banyaknya pohon yang lapuk di Kota Padang karena adanya pembangunan trotoar.
Jadi, saat pengalihan tanah di sekitar pohon, beberapa akarnya akan putus dan menyebabkan pembusukan, seperti yang terjadi di kawasan Alang Laweh, Kecamatan Padang Selatan beberapa waktu lalu.
"Tapi tentu kita lihat juga, ketika dia terlalu rimbun di kondisi seperti ini, tentu akan dilakukan pemangkasan terhadap pohon-pohon yang diperkirakan rusak dan bisa tumbang itu," imbuhnya.
Ditegaskan Mairizon, pohon-pohon tua selama tidak diganggu manusia, itu tidak akan rusak juga. Kalau ditumbuhi benalu, katanya, maka pohon itu akan dipangkas total.
"Selama tidak ada gangguan lingkungan (manusia), pohon itu bisa dijaga," papar Mairizon.
Mairozon juga tidak menapik adanya permintaan baik formal ataupun informal dari sejumlah orang yang ingin pohon tua itu ditebang karena menghambat usaha mereka.
Dicontohkannya, seperti di kawasan Hiligoo, namun ia menegaskan tidak bisa memenuhi permintaan tersebut.
"Pasalnya, jika satu saja dipenuhi maka akan diikuti oleh yang lain, tapi jika mereka meminta dipangkas, akan kita pangkas, karena pohon itu merupakan trademark-nya Padang," imbuhnya.
Terkait sejumlah pohon yang tumbang dua hari belakangan, menurut Mairizon itu karena naungannya terlalu luas dan juga angin kencang.
Saat ini, jelas Mairizon, DLH Kota Padang tengah berusaha untuk menanam Pohon Tabebuya. Karena pohon itu dinilai lebih tahan dan tidak terlalu besar. Meskipun tidak akan sebagus di Surabaya.
"Mungkin karena iklim juga. Tapi, kami sudah berupaya merawat dan memberikan pupuk terbaik, yaitu jenis TSP untuk pohon Tebebuya tersebut," ucapnya.
Hingga saat ini, ungkap Mairozon, untuk pohon (mahoni dan jati) yang ada di Kota Padang, masih belum ada gantinya, apalagi pohon itu juga tidak merusak trotoar dan naungannya juga tidak luas.
"Hingga saat ini masih belum kami ganti, karena itu sudah dijadikan tren perkotaan," katanya.
Baca juga: 2 Pohon Tumbang Timpa Pos Ronda di Alai Parak Kopi Padang, Lalu Lintas Sempat Terganggu
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 3 pohon tumbang di Kota Padang. Pertama, pohon Inai-inai di depan Tugu Gempa Kota Padang, tumbang pada Rabu (24/12/2020). Lalu, dua pohon tumbang hari ini, yaitu di di Jalan Batang Ratusan RT 01 RW 01, Kelurahan Alai Parak Kopi, Kecamatan Padang Utara dan di Kantor PLN Wilayah Sumbar. BPBD menduga, pohon-pohon tersebut tumbang karena pelapukan. [ad/zfk]
