Berita Sumbar terbaru: Selama kurun waktu 2019 hingga 2020 terjadi penurunan luas tutupan hutan di Sumatra Barat (Sumbar) mencapai 8.015 hektare.
Padang, Padangkita.com - Selama kurun waktu 2019 hingga 2020 terjadi penurunan luas tutupan hutan di Sumatra Barat (Sumbar) mencapai 8.015 hektare. Pada 2019 luas tutupan lahan di Sumbar yaitu 1.871.972 hektare, sementara itu tahun ini menjadi 1.863.957 hektare.
Data tersebut berdasarkan analisis Citra Landsat-8 GIS Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi. Direktur KKI Warsi, Rudy Syaf menyebutkan penurunan jumlah tutupan hutan ini disebabkan oleh berbagai faktor.
Di antaranya perambahan hutan untuk pembukaan lahan baru perladangan masyarakat, penebangan kayu tanpa izin, dan penambangan ilegal. Ada pun penurunan tutupan hutan tersebar di beberapa wilayah di Sumbar.
Kabupaten Kepulauan Mentawai menjadi kabupaten dengan tingkat penurunan hutan paling tinggi. “Kabupaten Kepulauan Mentawai menjadi kabupaten paling tinggi terjadi penurunan tutupan hutan yaitu seluas 7.458 hektare. Salah satu faktornya yaitu, adanya kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI), namun ini bukan yang menjadi satu-satunya faktor,” terang Rudi Syaf, Selasa (22/12/2020) di Padang.
Data sebaran luas pengurangan hutan yaitu, di Dharmasraya terjadi pengurangan tutupan hutan seluas 5.131 hektare, Solok Selatan (Solsel) seluas 6,975 hektare, Pasaman Barat (Pasbar) seluas 3931 hektare, Pesisir Selatan (Pessel) seluas 3.147 hektare, dan Pasaman seluas 2.944 hektare.
Kemudian, Sijunjung seluas 2.024 hektare, Limapuluh Kota seluas 628 hektare, Kabupaten Solok seluas 582 hektare, dan Padang Pariaman seluas 511 hektare.
Selain itu, kata dia, tantangan dalam pengelolaan sumber daya alam dan kawasan hutan berkelanjutan di Sumbar dihadapkan pula pada persoalan penambangan ilegal yang marak. Berdasarkan analisis sebaran PETI (Penggalian Emas Tanpa Izin) GIS KKI Warsi per Desember 2019, sebaran lokasi PETI di Sumbar, yaitu di Kabupaten Solok, Solok Selatan, dan Dharmasraya. Dengan total luasan mencapai 4.487 hektare.
Rudi memaparkan dampak penurunan tutupan hutan yang paling dirasakan oleh masyarakat saat ini yaitu banjir bandang yang hampir terjadi di seluruh kabupaten/kota.
Baca juga: Semua Hutan yang Dikelola Masyarakat di Sumbar Tak Ada yang Terbakar
“Dampak dari penurunan areal hutan yaitu kerusakan ekologi dan menyebabkan terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, dan banjir bandang, konflik satwa, pencemaran daerah aliran sungai akibat aktivitas penambangan,” ujarnya. [pkt]