Padangkita.com - Wartawan Senior Rizal Tanjung menyebut media online bukanlah ancaman atau tantangan bagi keberadaan media massa saat ini. Komentar tersebut disampaikannya saat mengikuti diskusi tentang "Tantangan Pers terhadap Media Online di Indonesia" di Museum Adityawarman, Selasa (07/11/2017).
Kehadiran media online, sebut Rizal, justru menjadi pengaya bagi media-media yang sudah ada sebelumnya. Dia merujuk kepada media nasional, seperti Kompas yang juga mengembangkan media online agar menjadi media yang lebih bagus lagi.
Menurut Rizal, pihak yang menyebut media online sebagai ancaman adalah media yang kurang berkualitas dan takut bersaing dengan media online. Media online, kata dia, memang mematikan media-media yang tidak berkualitas yang isi pemberitaannya sesuai “pesanan”.
"Saat ini media cetak kita kan kebanyakan isinya pariwara saja," ujar Rizal.
Sementara itu, wartawan dan sastrawan senior Syarifuddin Arifin berkomentar bahwa kebanyakan media sekarang sudah kehilangan idealisme. Sebelum reformasi, fungsi media adalah sebagai kontrol sosial. Kemudian, pascareformasi fungsinya bertambah sebagai industri media.
Sayangnya, kata Syarifuddin, sekarang media lebih mementingkan industrinya daripada perannya sebagai kontrol sosial. Hal itu juga yang menyebabkan dia meninggalkan dunia jurnalistik dalam beberapa tahun belakangan dan lebih fokus ke dunia kepenyairan.
"Kita kalau tidak ada uang tidak cetak. Tidak mau menerbitkan berita kalau pihak yang bersangkutan tidak mau pasang iklan. Dan banyak juga mingguan yang terbit di masa-masa pilkada saja. Saya sedih, ini sudah lari dari idealisme kita," ujarnya.
Wakil Ketua PWI Sumbar Eko Yanche Edrie sebagai pembicara pada sesi kedua diskusi memandang konvergensi antara media online dan cetak adalah sebuah keniscayaan. Kemajuan teknologi dan informasi, kata mantan wartawan Haluan itu, tidak bisa dielakkan.
"Kita manfaatkan tantangan untuk mendapatkan peluang. Jangan kita musuhi," ujarnya.
Diskusi bertajuk "Sejarah Pers Nasional di Sumatera Barat" tersebut diadakan oleh UPTD Museum Adityawarman Sumatera Barat pada 6-7 November 2017.