Padang, Padangkita.com - Pakar gempa dari Universitas Negeri Padang (UNP), Pakhrur Razi mengatakan potensi gempa dengan magnitudo 8,9 di Sumatra Barat (Sumbar) bukan isu baru, tapi sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.
Terkait hal itu, ia mengimbau agar masyarakat tidak panik dan selalu siap sigaga dengan mitigasi bencana.
"Itu bukan isu baru, sudah ada sejak 2013 atau 2014. Hal itu berdasarkan kajian peneliti dari California Institute of Technology. Itu berdasarkan siklus 200 tahun di zona Megathrust," ujarnya kepada Padangkita.com saat dihubungi via telepon, Kamis (26/11/2020).
Dijelaskannya, potensi gempa dengan kekuatan besar itu didapatkan dari hasil pengukuran pergeseran koral di dasar laut. Diketahui, potensi gempa magnituod 8,9 tersebut berpusat di sekitar Kepulauan Siberut.
Berdasarkan catatan sejarah, gempa bumi di jalur Megathrust Mentawai juga pernah terjadi pada tahun 1797 dan 1833 dengan magnitudo di atas 8. Sehingga, melihat siklusnya, potensi gempa magnitudo 8,9 itu menunggu waktu saja.
"Jadi, keberulangannya itu orang telah memprediksi," jelasnya.
Kepala Center of Disaster Monitoring and Earth Observation UNP itu menuturkan, jika gempa bumi dengan magnitudo 8,9 benar-benar terjadi, diperkirakan akan menyebabkan tsunami setinggi 6-8 meter.
"Tsunami itu akan melewati daerah-daerah celah antara Siberut, Sipora, Pagai. Baru menghantam Sumbar," terangnya.
Meski potensi gempa dengan magnitudo 8,9 ini bukan isu baru, dia meminta untuk tidak panik. Hasil penelitian tersebut bisa dijadikan alarm bagi masyarakat untuk selalu waspada.
Baca juga: BMKG: Gempa Magnitudo 8,9 di Mentawai dan Tsunami di Wilayah Pantai Barat Sumatra, Skenario Terburuk
"Kita kan berada di daerah rawan gempa dan berpotensi tsunami, untuk itu kita diminta untuk selalu siap siaga menghadapi bencana. Kita bisa hidup normal seperti biasa, namun harus melakukan persiapan atau mitigasi bencana, pemerintah juga begitu," katanya. [zfk]