Padang, Padangkita.com - Koordinator Program HIV/AIDS Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumatra Barat (Sumbar), Eva Herawati Damanik mengatakan temuan kasus HIV/AIDS di Sumbar selama pandemi Covid-19, cukup tinggi.
Berdasarkan data yang diterima PKBI Sumbar dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar, pada 2020, sebanyak 413 kasus HIV ditemukan di Sumbar. Sebanyak 148 kasus di antaranya sudah termasuk AIDS.
Sedangkan pada 2021, hingga September saja, ada 239 temuan kasus HIV ditemukan di Sumbar dengan 42 kasus di antaranya adalah AIDS. Diperkirakan, temuan kasus ini akan terus bertambah hingga akhir tahun ini.
Menurutnya, angka temuan kasus HIV/AIDS di Sumbar yang dilaporkan oleh Dinkes Sumbar tersebut lebih rendah daripada temuan di lapangan.
"Di mana mungkin belum semua data terinput di teman-teman yang ada di layanan, tau bisa juga belum semua kasus yang terdata," ujarnya saat ditemui Padangkita.com di Kantor PKBI Sumbar, Selasa (30/11/2021).
Sementara, selama 20 tahun terakhir mulai 2002 hingga September 2021, total kasus temuan ODHA tercatat 4.349 kasus. Jumlah ini dianggap mengkhawatirkan mengingat potensi penularan.
"Kalau kita melihat estimasi penularan. Satu orang yang positif HIV itu estimasinya 100 orang bisa tertular lagi. Ini menjadi tanggung-jawab bersama untuk mengantisipasinya," jelasnya.
Eva menuturkan masyarakat perlu diberikan pemahaman atau edukasi berulang tentang HIV/AIDS bahwasanya penularan penyakit ini terjadi karena perilaku hubungan seksual berisiko.
"Perlu tentunya diminta kepada masyarakat ketika dia sudah mengetahui penularan ini dia harus jujur dengan pasangannya. Karena banyak sekarang yang tidak jujur di mana di sudah tahu dirinya ada virus HIV, tapi tidak memberi tahu pasangannya sehingga terjadi penularan," ungkapnya.
Dia tidak memungkiri penyebab cukup tingginya kasus HIV/AIDS di Sumbar didominasi karena adanya perilaku seks bebas.
"Selain itu, selama beberapa tahun terakhir, tren di Sumbar menunjukkan temuan kasus HIV/AIDS banyak terjadi pada lelaki sama lelaki (LSL)," terangnya.
Meski demikian, Eva menyampaikan HIV/AIDS sebenarnya bisa terjadi pada semua kalangan. Seorang istri atau ibu rumah tangga bisa saja terkena HIV dari suaminya.
Hal itu karena sang suami tidak jujur telah mendapatkan penyakit itu akibat pernah melakukan gonta-ganti pasangan atau seks bebas tanpa menggunakan kondom.
Ketika sang istri atau seorang ibu tersebut melahirkan, anaknya pun bisa juga ikut tertular. Diketahui, HIV bisa menular lewat pemberian ASI dari ibu pengidap HIV, cairan sperma, dan penggunaan jarum suntik bergantian.
"Jadi, orang yang terkena HIV ini tidak selalu orang yang berbuat tidak baik. Tapi ibu rumah tangga dan anak yang tidak tahu apa-apa bisa juga tertular," sebutnya.
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat tidak boleh menstigma Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai aib. Masyarakat harus bisa hidup berdampingan dan tidak menjauhi ODHA.
Baca juga: 9 Kasus Baru HIV/AIDS Ditemukan di Tanah Datar Selama 2021
"ODHA adalah manusia yang sama dengan kita dan tidak gampang menularkan virus kepada kita. HIV tidak menyebar karena berpegangan tangan atau berbicara," ujarnya. [pkt/fru]