Padangkita.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memprediksi sampah angkasa akan jatuh ke bumi Indonesia besok, Sabtu (22/07/2017).
Hal ini dibenarkan oleh Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin. "Ada beberapa serpihan yang akan jatuh di Indonesia namun tidak bisa dipastikan titik jatuhnya," bilang Thomas kepada Padangkita.com, semalam.
Menurut keterangannya, serpihan sampah satelit yang akan jatuh bukan berasal dari komponen roket milik Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang jatuh di Kabupaten Agam dan Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.
Dia menjelaskan, di angkasa terdapat belasan ribu sampah antariksa dan semuanya sudah ada basis data sampah antariksa sehingga bisa dikenali siapa pemiliknya.
"Yang bakalan jatuh benda dari objek yang lain. Masing-masing objek punya nomor, jadi bisa diketahui pemiliknya," jelasnya.
Berdasarkan riset berbasis data LAPAN, ternyata sampah angkasa yang jatuh besok merupakan milik negara yang sama dengan komponen roket yang mendarat di Sumbar yakni Tiongkok.
Sebab, keterangan kolom soal benda yang jatuh di data LAPAN, tertulis initial PRC, kependekan dari Peoples Republic of China.
Hingga Jumat, (21/07/2017), pukul 01.45 WIB, benda dengan nama CZ-3B R/B tersebut berada pada ketinggian 1198.01 km dari permukaan bumi (altitude).
Keterangan lain dari benda ini adalah catalog number (catnum) dengan seri 41726. Sementara untuk Radar Cross Section (RCS) tertulis O. RCS adalah perkiraan ukuran benda berdasarkan pengamatan radar. 1 RCS kira-kira sebanding dengan 1 meter bujur sangkar. Benda yang berpotensi selamat sampai ke permukaan bumi umumnya memiliki RCS > 1.
Asal diketahui, nama benda yang mengudara ke angkasa berdasarkan katalog Space-track, beberapa mungkin saja memiliki nama yang sama, namun setiap benda memiliki catnum yang berbeda.
Menurut keterangan LAPAN, sampah antariksa secara umum bisa dipantau sehingga upaya antisipasi bisa dilakukan, walau pun akurasi prakiraan titik jatuh secara internasional pun belum bisa dilakukan (berbeda dengan kejatuhan yang terkendali).
Dikatakan astronom Avivah Yamani, yang juga mengutip dari situs LAPAN, biasanya sehari sebelum benda jatuh sudah dapat diperkirakan apakah suatu daerah geografis (misalnya Indonesia) aman dari kejatuhan sampah antariksa atau tidak.
Prediksi waktu dan lokasi jatuh yang diberikan di situs ini hanya waktu dan lokasi jatuh hingga ketinggian sekitar 120 km (benda mengalamiatmospheric reentry).
Penjelasan yang dibeberkan LAPAN, bukan waktu dan lokasi jatuh benda (atau biasanya serpihannya) di permukaan Bumi. Sangat sulit memperkirakan kapan dan di mana serpihan sampah antariksa akan menghantam permukaan Bumi.
Menurut Avivah, soal tanggal 22 juli diperkirakan akan jatuh serpihan sampah satelit, dia mengatakan hal tersebut kemungkinan bisa terjadi tapi bisa juga bergeser harinya.
"Iya kemungkinan, tapi bisa jadi tidak pas pada tanggal 22 Juli, bisa jadi satu hari sesudahnya," katanya kepada Padangkita.com.