RIAK AIR diiringi gelombang kecil menghantam tepian berbatu danau maninjau di kala sore. Hawa sejuk terasa menghinggapi tubuh tatkala menapaki cekungan bumi berbukit dengan penuh kelembutan. Gunung Merapi terlihat menyembul dari barisan bukit yang sambut menyambut memagari Danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, yang beribukotakan Lubuak Basuang, sekitar 140 km sebelah utara Kota Padang, Sumatera Barat.
Kawasan wisata Danau Maninjau bisa ditempuh dengan perjalanan darat melalui Bukittinggi dan Padang Pariaman. Dua jalur darat yang berhulu di Danau Maninjau tersebut menjadikan kawasan cekungan itu menjadi tempat peristirahatan bagi pengunjung setelah menikmati wisata Tabuik Pariaman dan berkeliling Kota Bukittinggi. Banyak hal menarik yang bisa dijumpai para wisatawan ketika berkunjung ke Danau Maninjau yang terkenal dengan Kelok 44 (tanjakan zig-zag yang jumlahnya mencapai 44 tikungan tajam) jika menempuh jalan darat dari Bukittinggi.
Tersedianya sejumlah penginapan–dari jenis hotel berbintang serta puluhan homestay–memberi ketenangan tersendiri bagi para pelancong. Air biru dan hijaunya dedaunan memberikan kesejukan yang bisa melenakan pelancong untuk bermalas-malasan sambil menikmati luasnya danau yang diselimuti kabut dingin. Danau vulkanik (danau yang terjadi akibat letusan gunung berapi) ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permuakaan laut (mdpl). Luas permukaan danau, seperti tercatat pada Hotel Maninjau Indah, sekitar 99,5 kilometer persegi, dengan kedalaman maksimum mencapai 495 meter. Suatu ketenangan yang tak bisa dinilai dengan sejumlah uang. Bagi wisatawan yang punya hobi berpetualang, sejumlah tempat bisa dijadikan sebagai ajang penguji nyali.
Bermain Paralayang dari Puncak Lawang, memberikan pengalaman berharga yang sulit dijumpai di daerah lain. Penggemar olah raga sepeda pun bisa menikmati kawasan Danau Maninjau secara keseluruhan dengan menyewa sepeda-sepeda gunung yang bisa disediakan para pengelola wisata di sekitar tepian danau. Butuh waktu sekitar enam jam bersepeda untuk mengelilingi danau terluas kedua di Sumatera Barat setelah Danau Singkarak yang luasnya mencapai 129,69 kilo meter persegi. Secara nasional, Maninjau merupakan danau terluas kesebelas di Indonesia, sedangkan di Sumbar merupakan danau terluas kedua dari empat danau di provinsi tersebut.
Dukungan masyarakat yang familiar dengan para wisman dan domestik menjadi daya tarik sendiri untuk menikmati wisata budaya dan keindahan danaunya. Tokoh pariwisata yang mengembangkan Maninjau sejak tahun 1972 Idham Rajo Bintang bahkan menyempatkan waktu untuk berbcara dengan tamu-tamu hotelnya di tepian danau. Peraih A Lifetime Achiefment Award dalam dunia pariwisata Sumbar tahun 2007 itu mengibaratkan Danau Maninjau seperti kekasih yang selalu menyimpan rasa rindu untuk bertemu.
Kecintaannya pada Danau Maninjau menginspirasinya membangun Hotel Maninjau Indah yang tergolong bintang satu. Letaknya yang strategis–berada di atas tanah yang menjorok ke danau–memberikan kesejukan dan kenyamanan bagi wisatawam untuk menyaksikan ketenangan dan riak lembut Danau Maninjau setiap saat. Dengan fasilitas olah raga air, para pengunjung bisa menikmati diginnya air danau di kala pagi dengan sampan yang telah disediakan pengelola hotel.
Hotel Maninjau Indah juga memberikan kenyamanan bagi keluarga untuk mandi bola di kolam renang yang berada di tepian danau. Hotel tersebut juga dlengkapi beragam fasilitas hiburan lain seperti meja billiard dan tentunya yang paling terkenal dan menjadi ciri khas dari hotel milik Rajo Bintang tersebut yakni permainan Kim. Permainan tersebut merupakan perpaduan antara pantun dan lagu yang diwarnai dengan pengambilan nomor-nomor yang angkanya dimulai dari 1 hingga 90.
Para peserta Kim mendapat selembar kertas yang bertuliskan angka 1–90 secara acak. Angka 1–90 yang dimasukkan dalam botol–seperti alat kocok dadu–dipegang penyayi Kim yang dengan kocaknya mengguncang-guncang 90 angka yang ada di dalamnya dan sesuai irama akan mengambil satu nomor yang berada di dalam botol. Setiap nomor yang keluar, para peserta melingkari nomor yang ada pada kertasnya masing-masing. Penentuan pemenangnya diketahui setelah satu orang peserta memperoleh enam nomor yang membentuk garis horizontal dari kiri ke kanan pada kertas Kim.
Walaupun cukup sederhana, keunikan permainan Kim justrun terlihat pada komposisi lagu yang dinyanyikan para penyanyinya. Materi pantun dan lagu yang dinyanyikan sarat dengan kritik sosial dan kocak yang menghibur peserta. Banyak hal menarik yang bisa dijumpai di Maninjau. Wisata kulinernya pun membuat betah penikmat makanan. Pensi–sejenis siput yang hidup di Danau Maninjau–menjadi sumber protein yang menyegarkan. Palai Rinuak pun bisa menggoyang lidah yang memakannya.
Beragam keindahan wisata yang disuguhkan daerah kelahiran tokoh nasional Buya Hamka–ulama besar, filsuf, dan penulis handal–itu menggugah Bung Karno menorehkan sebait pantun saat berkunjung ke Maninjau pada 1948: “Jika adik memakan pinang, makanlah dengan sirih hijau, jika adik datang ke Minang, jangan lupa singgah ke Maninjau…”