Mengenal Lebih Dekat Musisi Legendaris Leonard Cohen

Mengenal Lebih Dekat Musisi Legendaris Leonard Cohen

(Foto/Leonardcohen.com)

Lampiran Gambar

(Foto/Leonardcohen.com)

Leonard Cohen merupakan seorang musisi legendaris dunia. Bersama Bob Dylan dan Joni Mitchell, Leonard Cohen disebut turut memengaruhi gaya penulisan lagu para musikus di dekade 1970-an. Lagu dari idola Pangeran Charles ini kebanyakan mengangkat tema agama, politik, seksualitas, dan keterasingan.

LEONARD COHEN memiliki nama kecil Leonard Norman Cohen. Ia dilahir di Westmount, Quebec, Kanada, pada 21 September 1934. Cohen dilahirkan dalam keluarga Yahudi kelas menengah keturunan Polandia. Ia dibesarkan di Westmount di Pulau Montreal. Ayahnya, Nathan Cohen, yang memiliki sebuah toko pakaian besar di Montreal, meninggal dunia saat Leonard baru beruisia sembilan tahun.

Seperti banyak orang Yahudi lainnya yang bernama Cohen, Katz, Kagan, dll., keluarganya bangga bahwa mereka adalah keturunan keluarga imam Kohanim. Masa kecil Cohen sangat mesianik. Ia bangga sebagai keturunan Harun, yang menurutnya adalah sang imam agung. Ini pernah ia sampaikan kepada Richard Goldstein pada tahun 1967.

Lampiran Gambar

(Foto/Leonardcohen.com)

Pada masa remajanya, ia belajar bermain gitar dan membentuk sebuah kelompok musik country-rakyat yang dinamai Buckskin Boys. Pengaruh dari warisan ayahnya melatarbelakangi ia dapat mengejar ambisi-ambisi sastranya tanpa harus terancam keuangannya.

Pada 1951, Cohen mendaftar di Universitas McGill, dan di sana ia menjadi presiden Perhimpunan Debat McGill dan mengembangkan kariernya sebagai penyair. Buku puisinya yang pertama, Let Us Compare Mythologies (1956), diterbitkan ketika ia masih kuliah pra-sarjana. The Spice-Box of Earth (1961) membuat ia terkenal di dunia puisi, khususnya di negeri kelahirannya Kanada.

Cohen adalah pribadi yang kukuh dalam menerapkan etika kerja dalam mencapai ambisi-ambisi sastranya. Ia adalah tipikal pribadi yang bersungguh-sungguh. Ia menulis puisi dan fiksi selama sebagian besar 1960-an, dan sebagai seorang muda ia lebih suka hidup dalam keadaan yang agak terasing.

Setelah pindah ke Hydra, sebuah pulau di Yunani, Cohen menerbitkan kumpulan puisinya Flowers for Hitler (1964), dan novelnya The Favourite Game (1963) serta Beautiful Losers (1966). The Favourite Game adalah sebuah bildungsroman otobiografis mengenai seorang muda yang menemukan identitasnya dalam penulisan.

Lampiran Gambar

(Foto/Theguardian)

Sebaliknya, Beautiful Losers dapat dianggap sebagai 'anti-bildungsroman' karena karya itu — dalam bentuk pasca modern awal — mendekonstruksikan identitas dari tokoh-tokoh utamanya dengan menggabungkan yang suci dan yang profan, agama dan seksualitas dalam bahasa lirik yang kaya.

Sebuah plot sekunder dalam Beautiful Losers yang mencerminkan akar Cohen sebagai seorang Quebec, tetapi barangkali luar biasa bagi orang yang berasal dari latar belakang Yahudi, menggambarkan Tekakwitha, seorang perempuan mistikus Katolik Roma suku Indian Iroquois.

Beautiful Losers mula-mula menyebabkan geger di antara para penulis tinjauannya di Kanada yang meremehkannya karena isinya sangat terang-terangan bersifat seksual, namun kini dianggap oleh banyak kritikus sebagai salah satu novel sastra yang paling indah dari tahun 1960-an. Untuk sebuah tinjauan awal yang baik tentang karya tulisan Cohen, lihat Leonard Cohen oleh Steven Scobie (Vancouver: Douglas & McIntyre, 1978).

Lampiran Gambar

(Foto/leonardcohen.com)

Pada 1967, Cohen pindah ke Amerika Serikat untuk mengembangkan kariernya sebagai seorang penyanyi-pengarang lagu rakyat. Lagunya Suzanne menjadi lagu hit untuk Judy Collins, dan setelah tampil pada sejumlah festival lagu rakyat, Cohen ditemukan oleh John H. Hammond, wakil Columbia Records yang sama yang menemukan, antara lain, Bob Dylan dan Bruce Springsteen.

Suara album pertama Cohen Songs of Leonard Cohen (1967) terlalu tenggelam untuk meraih sukses komersial, namun secara luas dipuji oleh para penggemar musik rakyat dan oleh teman-teman pantaran Cohen. Namnya menjadi pujaan di Britania Raya, dan selama lebih setahun lagu-lagunya menduduki tangga lagu-lagu terpopuler.

Dalam "Democracy," Cohen mengkritik Amerika tetapi ia mengatakan ia mencintainya: "Saya mencintai negara itu, tetapi saya tidak tahan dengan suasananya." Lebih jauh, ia menggambarkan politiknya sebagai berikut: "Saya bukan kiri ataupun kanan/Saya tinggal di rumah saja malam ini/tenggelam dalam layar kecil tanpa harapan itu."

Ia melanjutkannya dengan Songs from a Room (1969) (menampilkan Bird on the Wire yang sering diliput), Songs of Love and Hate (1971), dan New Skin for the Old Ceremony (1974).

Sepanjang akhir 1960-an dan awal 1970-an, Cohen berkeliling Amerika Serikat, Kanada dan Eropa. Pada 1973, Cohen berkunjung ke Israel dan tampil di pangkalan-pangkalan militer selama Perang Yom Kippur. Mulai sekitar 1974, kerja samanya dengan pianis/pengaransemen John Lissauer menciptakan sebuah rekaman hidup yang dipuji hampir di seluruh dunia oleh para kritikus, namun tak pernah benar-benar terekam dalam piringan hitam.

Pada masa ini, Cohen seringkali berkeliling dengan Jennifer Warnes sebagai penyanyi latarnya. Warnes kelak menjadi pasangannya dalam album-albumnya di kemudian hari dan merekam sebuah album lagu-lagu Cohen pada 1987, Famous Blue Raincoat.

Pada 1977, Cohen menerbitkan sebuah album yang berjudul Death of a Ladies' Man (perhatikan kata ganti kepunyaannya dalam kasus plural; setahun kemudian pada 1978, Cohen menerbitkan sebuah kumpulan puisi dengan judul yang dengan malu-malu diubahnya menjadi Death of a Lady's Man). Album ini diproduksi oleh Phil Spector, yang terkenal sebagai penemu teknik "tembok suara".

Dalam teknik ini musik pop didukung dengan lapisan-lapisan tebal instrumentasi— sebuah pendekatan yang sangat berbeda dengan instrumentasi Cohen yang biasanya minimalis. Rekaman album ini dilanda oleh berbagai kesulitan; Spector konon mencampur album nii dalam sesi-sesi studio rahasia dan Cohen mengatakan Spector pernah mengancamnya dengan todongan pistol. Hasil akhirnya seringkali dianggap berlebihan dan sok dan karangan lagu Cohen dalam album ini dianggap sebagai yang paling lemah.

Lampiran Gambar

(Foto/theguardian)

Pada 1979, Cohen kembali dengan rekamannya Recent Songs yang lebih tradisional. Rekaman yang diproduksi Cohen sendiri, dan Henry Lewy (ahli teknik suara Joni Mitchell), albumnya memuat penampilan oleh band jazz fusion, yang diperkenalkan kepada Cohen oleh Mitchell, dan alat-alat musik oriental (oud, biola Gypsy dan mandolin). Pada 2001, Cohen merujuk kepada Recent Songs sebagai album terbaiknya, menerbitkan versi hidup dari lagu-lagu yang diambil dari turnya pada 1979 dalam rekaman Field Commander Cohen: Tour of 1979.

Pada 1984, Cohen menerbitkan Various Positions, yang memuat "Hallelujah" yang sering ditampilkan, namun Columbia menolak mengedarkan album itu di Amerika Serikat, karena popularitas Cohen di sana telah merosot dalam tahun-tahun belakangan. (Sepanjang kariernya, musik Cohen lebih laku di Eropa dan Kanada daripada di AS—ia pernah secara satir mengungkapkan betapa ia terharu oleh karena sopannya perusahaan Amerika dalam mempromosikan rekaman-rekamannya.)

Pada 1987, album terkenal Jennifer Warnes Famous Blue Raincoat membantu memulihkan karier Cohen di AS, dan pada tahun berikutnya ia menerbitkan I'm Your Man, yang menandai perubahan drastis dalam musiknya.

Synthesizer mewarnai album ini, meskikpun dalam cara yang jauh kurang menonjol dibandingkan dalam Death of a Ladies' Man, dan lirik Cohen menggambarkan lebih banyak komentar sosial dan humor gelap. Ini adalah lagu Cohen yang paling disambut dan populer sejak Songs of Leonard Cohen, dan "First We Take Manhattan" dan lagu judulnya menjadi dua dari lagunya yang paling populer. Penggunaan trek album "Everybody Knows" (ditulis bersama dengan Sharon Robinson) dalam film 1990 Pump Up the Volume ikut memperkenalkan musik Cohen kepada pendengar yang lebih muda.

Album itu disusul dengan sebuah album lainnya yang juga mendapatkan sambutan, The Future, pada 1992. The Future adalah albumnya yang paling bersifat politis hingga sekarang, yang mengungkapkan politik yang menganjurkan (lebih dalam pengertian nubuatan alkitabiah) kegigihan, pembaruan, dan bahkan pengharapan dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang suram bahkan gelap. Tiga lagu dari album tersebut - "Waiting for the Miracle", "The Future" dan "Anthem" - ditampilkan dalam film yang kontroversial Natural Born Killers.

Dalam lagu temanya Cohen menubuatkan keruntuhan politik dan sosial, yang konon merupakan tanggapannya terhadap Kerusuhan Los Angeles 1992: "Aku telah melihat masa depan, Bung: Isinya pembunuhan." Sebagian orang menggambarkannya sebagai lagu anti aborsi karena liriknya berbunyi "kini hancurkan sebuah janin lagi. Betapapun kita tidak suka anak-anak. Aku telah melihat masa depan, Bung. Pembunuhan".

Lampiran Gambar

(Foto/Leonardcohen.com)

Dalam "Democracy," Cohen mengkritik Amerika tetapi ia mengatakan ia mencintainya: "Saya mencintai negara itu, tetapi saya tidak tahan dengan suasananya." Lebih jauh, ia menggambarkan politiknya sebagai berikut: "Saya bukan kiri ataupun kanan/Saya tinggal di rumah saja malam ini/tenggelam dalam layar kecil tanpa harapan itu."

Pada 2001, setelah lima tahun mengasingkan diri sebagai seorang bhikku Buddhis zen di Pusat Zen Mount Baldy, Cohen kembali ke musik dengan Ten New Songs, yang menampilkan pengaruh yang mendalam dari produsen dan ko-komponisnya Sharon Robinson.

Dengan album ini, Cohen membuang cara pandang yang relatif ekstrovert, terlibat dan bahkan optimistik dari The Future (satu-satunya lagu yang politis dalam “The Land of Plenty,” meninggalkan perintah yang keras untuk doa yang penuh harapan namun tanpa daya) untuk meratap dan mencoba menerima berbagai kehilangan yang dialaminya secara pribadi: mendekatnya maut dan hilangnya cinta, hal yang romantis, dan bahkan yang ilahi.

Musik Cohen telah sangat berpengaruh pada para penyanyi-pengarang lagu lainnya dan lebih daripada seribu versi sampul dari karyanya telah direkam. Cohen telah menjadi tokoh luar biasa di negeri kelahirannya.

Gaya musik 'Ten New Songs' yang utuh (yang barangkali absen dari album Cohen sejak Recent Songs) banyak dipengaruhi oleh keterlibatan Robinson. Meskipun bukan album Cohen yang paling getir, ia dapat dikelompokkan sebagai albumnya yang paling melankolik.

Pada Oktober 2004, ia menerbitkan Dear Heather, sebuah karya musik yang sebagian besar merupakan kerja sama dengan penyanyi jazz (dan partner Cohen sekarang) Anjani Thomas, meskipun Sharon Robinson kembali untuk berkolaborasi dalam tiga lagu (termasuk sebuah duet).

Album yang seringan dan sekelam album sebelumnya, Dear Heather mencerminkan perubahan suasana hati Cohen - ia telah mengatakan dalam sejumlah wawancara bahwa depresinya telah menghilang dalam tahun-tahun belakangan, yang dihubungkannya dengan proses neurologis penuaan.

Dear Heather mungkin adalah albumnya yang paling tidak kohesif, dan paling eksperimental dan main-main hingga kini. Gaya dari sebagian lagunya (khususnya lagu judulnya) membuat frustrasi banyak penggemarnya. Dalam sebuah wawancara setelah namanya dicantumkan ke dalam Daftar Penulis Lagu Terkenal Kanada, Cohen menjelaskan bahwa album ini dimaksudkan untuk menjadi semacam buku catatan atau oret-oretan tema, dan bahwa rekaman yang lebih formal telah direncanakan untuk diterbitkan tak lama sesudahnya, tetapi hal itu terpaksa dibekukan karena perang hukumnya dengan bekas manajernya.

"Blue Alert," sebuah album yang ditulisnya bersama Thomas, diterbitkan pada 23 Mei 2006. Lagu-lagu dalam album ini dibawakan oleh Thomas, yang pada album dikatakan "terdengar seperti Cohen yang menjelma kembali sebagai perempuan... meskipun Cohen tidak menyanyikan satu not pun dalam album ini, suaranye merembes di dalamnya seperti asap."

Pada 1994, setelah sebuah tur untuk mempromisikan The Future, Cohen melakukan retret ke Pusat Zen Gunung Baldy dekat Los Angeles, dan memulai masa pengasingan yang kemudian berlangsung selama lima tahun di pusat itu. Pada 1996, Cohen ditahbiskan sebagai seorang biawaran Buddhis Zen Rinzai dan mengambil nama Dharma Jikan, yang berarti 'dia yang membungkam'. Ia meninggalkan Gunung Baldy pada 1999.

Cohen meninggal pada 7 November 2016 di rumahnya yang terletak di Los Angeles pada usia 82 tahun. Kematiannya tidak diumumkan hingga tanggal 10 November. Upacara pemakamannya digelar pada 10 November 2016 di Montreal. Sesuai permintaan dari Cohen, ia dimakamkan dengan tata cara Yahudi.

Musik Cohen telah sangat berpengaruh pada para penyanyi-pengarang lagu lainnya dan lebih daripada seribu versi sampul dari karyanya telah direkam. Cohen telah menjadi tokoh luar biasa di negeri kelahirannya; namanya dicatat dalam Canadian Music Hall of Fame (Tokoh Musik Kanada), Canadian Songwriters Hall of Fame (Tokoh Pengarang Lagu Kanada), dan pemerintah Kanada menganugerahinya Order of Canada, yaitu penghargaan tertinggi negara itu untuk seorang warga sipil.

 

Tag:

Baca Juga

DPR RI Tetapkan Keanggotaan Pansus RUU Paten
DPR RI Tetapkan Keanggotaan Pansus RUU Paten
BRI Peduli: 1.670 Paket Sembako Dibagikan untuk Masyarakat di Padang
BRI Peduli: 1.670 Paket Sembako Dibagikan untuk Masyarakat di Padang
40 Relawan Bencana Tanah Datar Dikirim ke Pesisir Selatan
40 Relawan Bencana Tanah Datar Dikirim ke Pesisir Selatan
Bupati Tanah Datar Berikan Kabar Gembira untuk ASN Jelang Lebaran
Bupati Tanah Datar Berikan Kabar Gembira untuk ASN Jelang Lebaran
Pulang Basamo 10 Ribu Perantau Minang, Andre Rosiade: Bukti Komitmen Prabowo untuk Sumbar
Pulang Basamo 10 Ribu Perantau Minang, Andre Rosiade: Bukti Komitmen Prabowo untuk Sumbar
Penertiban Kembali Dilakukan di Pasar Raya Padang, Petugas Hadapi Perlawanan Pedagang
Penertiban Kembali Dilakukan di Pasar Raya Padang, Petugas Hadapi Perlawanan Pedagang