Wajah Baru Klenteng See Hin Kiong

Wajah Baru Klenteng See Hin Kiong

(Foto/Aidil Ichlas)

Gempa 30 September 2009 memporak-porandakan Padang. Klenteng See Hin Kiong di jalan Klenteng, Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan Padang Selatan, menjadi saksi bisu dahsyatnya gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter.

Klenteng See Hin Kiong didirikan sejak 1905. Karena kondisi yang tidak layak, kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Rekomendasi Tim Teknis Evaluasi Bangunan Perguruan Tinggi dan Pemerintah Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat tanggal 10 Oktober 2009, membuat pengurus menetapkan untuk membangun klenteng See Hin Kiong baru. Posisinya tak jauh dari bangunan klenteng lama—sekitar 100 meter dari tempat peribadatan lama.

Wajah baru klenteng terlihat gagah dengan arsitektur yang nyaris sama dengan klenteng sebelumnya. Klenteng Tri Dharma ini dibangun di lahan seluar sekitar seribu meter persegi dengan luas bangunan mencapai sekitar 600 meter persegi.

Warna merah menyala pada tiang, balok, serta pintunya menandakan model Kelenteng Kuno yang berasal dari Hokkian, TJoan Tjiu. Relief karma pada dinding dalam dipahat dalam bentuk empat persegi yang bahannya langsung didatangkan dari China.

Lampiran Gambar

Klenteng See Hin Kiong baru (Foto/Aidil Ichlas)

Bangunan klenteng masih mengarah ke laut lepas, meskipun bertolak belakang posisinya dengan klenteng sebelumnya. Posisi klenteng sekarang membelakangi Gunung Padang dan mengarah ke laut lepas. “Kalau ditarik garis lurus, arahnya ke Pantai Purus. Tapi, itu hanya buatan manusia, intinya pada niat kita untuk beribadah,” ujar Edi Yusuf.

Pembangunan klenteng baru ini dimulai sejak 2010 lalu. Dana pembangunan ini berasal dari sumbangan berbagai pihak hingga para leluhur dari negeri China. Ong Tjie Min dan Lauw Kok Hoei merupakan dua nama yang mensponsori pendirian bangunan ini.

Dua arsitektus khas China didatangkan untuk mengurus detil dan ornament bangunan. Ahli Feng Sui pun diikutsertakan untuk meninjau lokasi berdirinya klenteng baru.

Akhir Sepetember 2012, upacara pemasangan tiang naga terakhir—pemasangan kuda-kuda—selesai dilaksanakan. Pemasangan tiang naga terkahir ini ditandai dengan perayaan Tiong Git.

Sejarah Klenteng See Hin Kiong

Lampiran Gambar

Pintu utama Klenteng See Hin Kiong yang baru - (Foto: Erinaldi)

Klenteng See Hin Kiong merupakan tempat ibadah tri dharma: Budha, Kong Hu Chu, Tao. Klenteng ini pada awalnya merupakan Klenteng Kwan Im Teng. Kwan Im Teng dibangun sejak pertengahan abad-19, sekitar tahun 1861.

Sempat terbakar, beberapa kali, Kwan Im Teng dibangun kembali atas prakarsa Kapten Lie Goan Hoat pada tahun 1905 dan berganti nama menjadi See Hin Kiong. Kwan Im Teng dibangun saat pedagang dari marga Tjiang dan Tjoan Tjioe menginjakan kakinya di Padang.

Pembangunan kuil ini berdasarkan retsu dari Raja Ham Hong Taun Sien Yu. Awalnya, klenteng ini bermaterialkan kayu dan beratapkan rumbia. Kebakaran besar yang melanda pondok saat itu menghanguskan klenteng ini.

Bukti klenteng ini pembangunannya diprakarsai Kapten Lie Goan Hoat terdapat pada batu peringatan yang terdapat di sisi dalam bangunan klenteng See Hin Kiong. Klenteng ini ramai dikunjungi saat perayaan imlek mulai dari tanggal 1 hingga 15 imlek.

Sebelum rusak diterjang gempa 2009, klenteng ini dipercantik dan dipenuhi lampion berwarna merah saat perayaan imlek yang diartikan sebagai hari terang benderang. Satu unit lampu sorot berkekuatan besar juga terpasang di tengah-tengah Klenteng yang akan menyinari Tie Kong (Tuhan).

Lampiran Gambar

Klenteng See Hin Kiong baru (Foto/Aidil Ichlas)

Sejumlah peralatan seperti lilin, dupa, serta kertas emas, didominasi warna merah. Perkakas tersebut digunakan mereka yang datang untuk sembahyang dan berdoa di Klenteng memanjatkan rezki pada para dewa. Sejumlah altar pun dipersiapkan untuk sarana pemanjatan doa.

Setiap pengunjung akan memanjatkan doa pada 13 dewa yang berada di dalam Klenteng. Pemujaan pertama dilakukan pada Tie Kong (Tuhan) yang altarnya tepat berada di tengah-tengah Klenteng. Kemudian dilanjutkan pada 13 Dewa yang berada di dalam Klenteng, seperti Tho Tie Kong (Dewa Tanah), Koan Tie Kong (Panglima Perang), Kuan Iem, hingga Thay Siang Laow Tjin (Maha Dewa).

Lampiran Gambar

Klenteng See Hin Kiong baru (Foto/Aidil Ichlas)

Karena gempa, klenteng ini mengalami kerusakan parah dan tidak bisa difungsikan. Menurut data pengurus TTID, kerusakan terjadi pada bangunan utama dan bangunan pendukung.

Kondisinya parah, sehingga pengurus memutuskan untuk membangun Klenteng See Hin Kiong baru. Kurang lebih 200 tahun difungsikan sebagai tempat peribadatan umat Tri Dharma, klenteng ini akan diambil fungsinya oleh Klenteng See Hin Kiong abad 21.

Tag:

Baca Juga

Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Hari Ini 1926, Padang Panjang Luluh Lantak Dihoyak Gempa dan Danau Singkarak Tsunami
Hari Ini 1926, Padang Panjang Luluh Lantak Dihoyak Gempa dan Danau Singkarak Tsunami
Mengenal Sosok Friedrich Silaban Perancang Masjid Istiqlal Jakarta
Mengenal Sosok Friedrich Silaban Perancang Masjid Istiqlal Jakarta
Kenduri Sko, Cara Masyarakat Kerinci Awetkan Naskah Melayu Tertua Berusia Hampir 600 Tahun
Kenduri Sko, Cara Masyarakat Kerinci Awetkan Naskah Melayu Tertua Berusia Hampir 600 Tahun
Menguak Literatur Kerajaan Jambu Lipo: Berdiri Sejak Abad ke-10 Tetap Eksis hingga Sekarang
Menguak Literatur Kerajaan Jambu Lipo: Berdiri Sejak Abad ke-10 Tetap Eksis hingga Sekarang
Lubuk Basung, Padangkita.com - Museum Buya Hamka di Kabupaten Agam meraih peringkat kedua API Award 2021 untuk kategori situs sejarah.
Museum Buya Hamka Raih Peringkat Kedua API Award 2021