Padangkita.com – Bank Indonesia memperkirakan inflasi atau kenaikan harga kebutuhan pokok di Sumatra Barat bisa berada dikisaran 2,2 persen hingga 2,6 persen pada akhir tahun ini, atau lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 4,89 persen.
“Sampai November masih 1,33 persen, harapan kami inflasi bisa lebih terkendali pada kisaran 2,2 persen hingga 2,6 persen di akhir tahun,” kata Endy Dwi Tjahjono, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, Jumat (23/12/2017).
Ia meyakini perkirakan inflasi Sumbar tahun ini lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya, dengan terjaganya pasokan kelompok pangan pokok berbasis volatile food atau komoditi yang tidak diatur pemerintah.
Apalagi, selama ini kelompok volatile food memiliki andil paling besar dalam menyebabkan kenaikan harga di Sumbar.
Beberapa komoditi yang rawan mengalami naik turun harga itu diantaranya cabai merah, beras, dan bawang merah.
Endy mengajak pemerintah daerah lebih waspada, karena cuaca di penghujung tahun yang ekstrem berpotensi menyebabkan gagal panen dan mengganggu ketersediaan pasokan pangan.
“Di akhir tahun ada risiko kenaikan harga bahan makanan strategis khususnya cabai merah, karena terganggunya pasokan akibat meningkatnya curah hujan,” katanya.
Selain itu, untuk kelompok administered price atau yang diatur oleh pemerintah, kontribusi inflasi kemungkinan besar masih disebabkan mahalnya harga tiket pesawat.
Sebab, untuk periode akhir tahun permintaan tiket juga cenderung tinggi, karena momen libur panjang natal dan tahun baru.
Ia mengajak pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk bekerja ekstra menciptakan inflasi yang rendah dan terkendali di daerahnya.
Upaya pengendalian itu terutama memastikan ketersediaan pasokan komoditi pokok, memastikan kelancaran distribusi, dan melakukan pemantaun harga terus-menerus, sehingga bisa diambil tindakan saat harga mulai naik.
Upaya lainnya termasuk dengan memperbanyak aktifitas operasi di sejumlah titik untuk memastikan harga-harga tetap terkendali.