Pangek Sasau, Surga Terakhir Danau Singkarak

Pangek Sasau, Surga Terakhir Danau Singkarak

Pangek Sasau (Foto: Padangkita.com)

Lampiran Gambar

Pangek Sasau (Foto: Padangkita.com)

Padangkita.com - Menikmati keindahan danau Singkarak tidak lengkap rasanya jika tidak menikmati beragam kuliner khas tepian danau terbesar di Sumatera Barat tersebut. Ada banyak pilihan kuliner yang bisa dipilih mulai dari camilan bernama pensi atau ikan bilih.

Namun terdapat kuliner khas yang menjadi primadona sejumlah rumah makan yang ada di tepian danau Singkarak itu yakni pangek Sasau (gulai ikan Sasau). Ikan Sasau (Hampala mocrolepidota) merupakan salah satu ikan endemik yang berada di danau Singkarak. Ikan ini merupakan ikan bebas yang menurut masyarakat setempat tidak bisa dibudi dayakan layaknya ikan nila atau patin.

Saat ini Pangek Sasau merupakan makanan yang lumayan rumit untuk ditemui. Tidak semua rumah makan atau restoran di kawasan itu yang menjual makanan penggugah selera tersebut. Hal ini disebabkan semakin sulitnya mendapatkan bahan baku (ikan Sasau) yang mulai langka.

Salah satu penjual pangek Sasau mengatakan dulunya hampir setiap rumah makan yang ada di sekitar tepian danau Singkarak menjual pangek tersebut, namun sekarang tidak lagi.

"Kini susah mendapatkan ikannya (Sasau), kita pun menjual kalo ada nelayan yang mengantarkan," kata Epa, kepada Padangkita.com, Selasa (18/07/2017).

Menurutnya berkurangnya produksi ikan Sasau di Danau Singkarak telah terjadi dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir. Dia menduga perubahan iklim dan penangkapan massal ikan ini menjadi penyebabnya.

kalau dahulu hampir tiap hari nelayan yang mengantarkan langsung ke rumah makan miliknya, kalau saat ini tidak bisa ditentukan, kadang dalam satu minggu cuma 3 kali.

Dia menambahkan bahwa ikan ini tidak bisa dibudidayakan, berbeda dengan beberapa jenis ikan lainnya yang saat ini banyak dibudi dayakan di danau Singkarak.

"Sasau ini ikan bebas, tidak bisa dibudi dayakan. Kalau bisa dibudi dayakan kita bisa tiap hari bikin pangek ikan ini," katanya lagi.

Satu porsi pangek sasau ini dijual Rp 13.000 dan biasanya menjelang makan siang pangek sasau ini sudah ludes oleh pembeli yang makan di tempat mau pun dibawa pulang.

Sementara itu, M. Ridwan, penikmat pangek Sasau asal Padang Panjang mengatakan bahwa pangek sasau danau Singkarak memang tiada duanya. Rasa ikan yang masih alami dan rasa dagingnya yang manis membuat nafus makan menjadi meningkat.

Saat ini menurutnya, lumayan susah-sudah gampang mencari pangek sasau tersebut. Dirinya pun mengaku harus berkeliling ke sejumlah rumah makan di tepian danau untuk mencari makanan tersebut.

"Ikannya enak dan manis. Cuma saat ini mencari orang yang menjualnya tidak semudah dulu. Kalau dulu, di Padang Panjang pun ada yang menjual," katanya kepada Padangkita.com.

Dari segi harga tidak mahal karena memang sesuai dengan rasa ikan yang manis dan enak.

 

 

Tag:

Baca Juga

Sumarak Ramadan di Masjid Raya Dimulai Hari Ini, Dibuka Menteri Parekraf Besok  
Sumarak Ramadan di Masjid Raya Dimulai Hari Ini, Dibuka Menteri Parekraf Besok  
Gubernur tak Melaporkan Bupati Solok, Cuma Meneruskan Surat Ketua DPRD ke Kemendagri
Gubernur tak Melaporkan Bupati Solok, Cuma Meneruskan Surat Ketua DPRD ke Kemendagri
Daftar Tarif Baru Tol Palindra dan Tol Permai yang Mulai Berlaku 18 Maret 2024
Daftar Tarif Baru Tol Palindra dan Tol Permai yang Mulai Berlaku 18 Maret 2024
Pembangunan Jembatan Lolong Penghubung Jalan Pantai Teluk Bayur - BIM Terkendala Lahan 
Pembangunan Jembatan Lolong Penghubung Jalan Pantai Teluk Bayur - BIM Terkendala Lahan 
Flyover Sitinjau Lauik Masuk Proses Pengadaan Lahan, Panjang 12,78 km dan Butuh 18,7 Hektare
Flyover Sitinjau Lauik Masuk Proses Pengadaan Lahan, Panjang 12,78 km dan Butuh 18,7 Hektare
Konsep Baru Tour de Singkarak Gabung ICS 2024, Target 1.600 Peserta Menginap 3 Hari di Sumbar
Konsep Baru Tour de Singkarak Gabung ICS 2024, Target 1.600 Peserta Menginap 3 Hari di Sumbar