Inilah Tokoh Minang yang Kembalikan Indonesia Jadi Negara Kesatuan

Inilah Tokoh Minang yang Kembalikan Indonesia Jadi Negara Kesatuan

(Sumber foto: Madjallah MERDEKA No. 15, Th. III, 15 April 1950: 5; Sumber teks sebagian besari diambil dari: Penuntun. Madjallah Kementerian Agama Rep. Indonesia No. 10, Th. Ke IV, Oktober 1950: 195-196)

Dikutip dari tulisan Dr. Suryadi di blog pribadinya, Abdul Halim pernah memimpin perkumpulan olahraga “Setiaki”, ketua Persatuan Sepakbola Jakarta (Persija), pemimpin teknis Persija, wakil pemimpin besar “Gelora”, dan pemimpin PSSI di Jakarta.

Di bidang politik, Dr Abdul Halim juga memiliki catatan yang cukup panjang. Dia pernah menjabat sebgai senior KNP dan BP KNIP. Dia juga pernah menjabat menjadi kepala Seksi Luar Negeri dan Penerangan BP KNIP.

Jabatan lain yang pernah didudukinya adalah menjadi Komisaris Pemerintah di Jakarta pada tahun 1947.

Dr Abdul Halim ditunjuk menjadi Perdana Menteri pada tanggal 16 Januari 1950. Dan untuk diketahui, dia ditunjuk sebagai politikus tidak berpartai untuk memangku jabatan Perdana Menteri Republik Indonesia. Untuk jabatan Perdana Menteri, Abdul Halim menjabat dari 16 Januari 1950 – 5 September 1950.

Dalam buku Hasril Chaniago, 101 Orang Minang di Pentas Sejarah menuliskan salah satu perjuangan PM. Abdul Halim yang sangat bersejarah. Dr. Abdul Halim bersama M. Natsir lah yang mengembalikan Negara Kesatu Republik Indonesia (NKRI) menjadi negara kesatuan dengan membubarkan Republik Indonesia Serikat (RIS) waktu itu.

Dari beberapa catatan sejarah menyatakan RIS dibubarkan karena dianggap sebagai negara ciptaan belanda dan petinggi petinggi belanda pada saat RIS masih terbentuk mereka masih menjabat, lalu pemuda indonesia meminta pada petinggi negara indonesia untuk membubarkan RIS agar tidak berketergantungan pada negara Belanda.

Setelah pensiun dari dunia politik, beliau pernah mengirim surat terbuka untuk presiden Soekarno. Isinya mengingatkan Presiden tentang kondisi bangsa yang semakin sulit baik sisi ekonomi dan politik. Hal tersebut terjadi karena gunjang ganjing politik antar elit yang terjadi saat itu.

Dia meminta Presiden untuk memulihkan keadaan tersebut dan menciptakan kesejahteraan di kehidupan bangsa Indonesia.

Dokter yang “tersesat” menjadi politikus ini tetap membujang sampai akhir hayatnya. Beliau meninggal di RSCM Jakarta, rumah sakit yang pernah dipimpinnya, pada hari Sabtu tanggal 4 Juli 1987.

Halaman:

Baca Juga

Sumarak Ramadan di Masjid Raya Dimulai Hari Ini, Dibuka Menteri Parekraf Besok  
Sumarak Ramadan di Masjid Raya Dimulai Hari Ini, Dibuka Menteri Parekraf Besok  
Gubernur tak Melaporkan Bupati Solok, Cuma Meneruskan Surat Ketua DPRD ke Kemendagri
Gubernur tak Melaporkan Bupati Solok, Cuma Meneruskan Surat Ketua DPRD ke Kemendagri
Daftar Tarif Baru Tol Palindra dan Tol Permai yang Mulai Berlaku 18 Maret 2024
Daftar Tarif Baru Tol Palindra dan Tol Permai yang Mulai Berlaku 18 Maret 2024
Pembangunan Jembatan Lolong Penghubung Jalan Pantai Teluk Bayur - BIM Terkendala Lahan 
Pembangunan Jembatan Lolong Penghubung Jalan Pantai Teluk Bayur - BIM Terkendala Lahan 
Flyover Sitinjau Lauik Masuk Proses Pengadaan Lahan, Panjang 12,78 km dan Butuh 18,7 Hektare
Flyover Sitinjau Lauik Masuk Proses Pengadaan Lahan, Panjang 12,78 km dan Butuh 18,7 Hektare
Konsep Baru Tour de Singkarak Gabung ICS 2024, Target 1.600 Peserta Menginap 3 Hari di Sumbar
Konsep Baru Tour de Singkarak Gabung ICS 2024, Target 1.600 Peserta Menginap 3 Hari di Sumbar