PadangKita - Kisah Sitti Nurbaya dan Datuk Maringgih adalah cerita rakyat yang begitu melegenda di Ranah Minang. Bahkan cerita ini pun berkembang hingga ke daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Bahkan cerita tersebut pernah difilmkan dan begitu popular dizamannya. Film ini diperankan oleh Novia Kolopaking, Gusti Randa dan Him Damsyik.
Mungkin banyak yang menyangka jika cerita difilm tersebut merupakan kisah nyata. Padahal kisah tersebut diangkat dari roman karya Marah Rusli yang berjudul "Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai" tahun 1922.
Sitti Nurbaya dan Syamsul Bahri dalam yang diperankan oleh Novia Kolopaking dan Gusti Randa (Foto/Youtube)
Bahkan, karena popularnya cerita tersebut, di Gunung Padang dibuatkan kuburan Siti Nurbaya. Untuk dapat mengunjungi makam tersebut pengunjung harus menempuh perjalanan menaiki anak tangga sepanjang sekitar 1 Kilometer.
Makam Sitti Nurbaya sendiri terletak di balik bebatuan besar dengan diameter sekitar tiga meter yang membentuk celah kecil sebagai pintu masuk.
Makam Sitti Nurbaya berada di bawah lindungan batu sangat besar yang berfungsi sebagai dinding dan atap makam. Makamnya berupa batu nisan berwarna putih dan ditutupi kain berwarna putih dan biru.
Suasana di makam ini cukup mistik. Pengunjung dilarang mengabadikan atau berfoto-foto di tempat ini, begitu tulisan peringatan yang ada di sekitar makam. Kabarnya juga, makam Sitti Nurbaya sering dikunjungi oleh kalangan tertentu untuk memperoleh kekayaan secara instan atau gaib.
Makam yang diduga kuburan Sitti Nurbaya (Foto/Olret)
Gunung Padang sendiri merupakan nama sebuah bukit yang terletak di kawasan pantai Padang dan menghadap ke samudera Hindia. Tempat ini sangat indah dan menyejukan mata bagi siapapun yang memandang.
Berdasarkan cerita dalam roman Sitti Nurbaya, awalnya Sitti adalah anak saudagar kaya. Namun sayang ditengah jalan usaha yang dirintis orang tuanya jatuh bangkrut.
Sang ayah kemudian berhutang kepada Datuk Maringgih. Namun pada akhirnya, sang ayah tidak sanggup untuk membayar hutang tersebut.
Datuk Maringgih yang terpukau atas kecantikan Sitti Nurbaya meminta kepada sang Ayah untuk menikahkan dengan putrinya untuk membayar utang-utangnya. Sitti Nurbaya yang sebelumnya telah memiliki kekasih Syamsul Bahri awalnya menolak perjodohan tersebut.
Namun akhirnya ia rela menerima perjodohan tersebut dan bersedia menikah dengan Datuk Maringgih karena merasa kasihan dengan nasib sang ayah.
Sitti Nurbaya ternyata masih menjalin hubungan dengan Syamsul Bahri, hingga akhirnya hubungan tersebut diketahui oleh Datuk Maringgih. Datuk pun marah dan akhirnya Sitti Nurbaya pun diracun dan akhirnya mati.
Kematian Sitti Nurbaya membuat Syamsul Bahri menjadi marah. Ia kemudian pergi meninggalkan kampung dan akhirnya bergabung menjadi pasukan Belanda.
Pada suatu masa, pemerintah Belanda memerintahkan menyerang kampung Datuk Maringgih, karena mereka menolak membayar upeti. Dalam perang tersebut Syamsul Bahri akhirnya bertemu dengan Datuk Maringgih.
Keduanya akhirnya berduel dan dalam perang tersebut baik Datuk Maringgih maupun Syamsul Bahri sama-sama tewas di medan perang. (Arif)
