Padangkita.com - Wakil Walikota Bukittinggi Irwandi menyatakan minta baca masyarakat di daerahnya masih sangat minim. Untuk itu, dirinya meminta orang tua ikut berperan serta dalam menumbuhkan minat baca di kalangan generasi muda khususnya bagi para pelajar. Menurutnya, pembudayaan gemar baca harus ditanamkan sejak usia dini.
Kondisi minat baca bangsa Indonesia memang cukup memprihatinkan. Berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
Minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak, masih sangat rendah. Data dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan, persentase minat baca anak Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya satu orang yang senang membaca.
"Pembudayaan gemar baca harus ditanamkan sejak usia dini. Di setiap sekolah pelajar juga harus dibiasakan untuk mengoptimalkan perpustakaan sebagai gudang ilmu. Selain itu, dengan adanya sarana website yang juga dapat diakses melalui android pun akan merangsang masyarakat untuk meningkatkan minat membaca," katanya dikutip dari humas pemko, Rabu (22/11/2017).
Irwandi menambahkan banyak cara untuk dapat meningkatkan minat baca masyarakat khususnya di Bukittinggi. Salah satunya dengan mengadakan Seminar Pembudayaan Gemar Membaca yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Novri menjelaskan Pemko Bukittinggi melalui DPK saat ini terus berupaya melengkapi fasilitas pendukung untuk meningkatkan minat baca. Namun, hingga kini diakui budaya baca di tengah masyarakat masih belum berkembang. Menurutnya butuh strategi khusus untuk lebih meningkatkan budaya baca di masyarakat.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kota Bukittinggi dalam upaya meningkatkan minat baca di tengah masyarakat merambah melalui sistem teknologi digital. Dengan usaha itu diharapkan definisi budaya literasi sebagai kemampuan seseorang memiliki sikap empati, cerdas dan mampu mengaktualisasikan dalam tulisan atau karya, dapat terealisasi.
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD & Dikmas) Kemendikbud, Harris Iskandar mengatakan, meski angka melek huruf kita tinggi, namun minat baca dan daya baca masyarakat masih rendah. Hubungan buta huruf dengan kemiskinan sangat nyata.
“Sampai saat ini kami masih berjuang untuk mengentaskan buta huruf di desa-desa dan kantong-kantong kemiskinan oleh karena itu gerakan literasi nasional oleh Kemendikbud harus terus-menerus digalakkan,” katanya.
Tetapi menurut Trini Hayati, Pendiri Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia mengatakan, minat membaca anak-anak Indonesia tidak rendah, tetapi akses untuk mendapatkan bukunya yang sulit.
Salah satu solusi meningkatkan minat baca anak adalah dengan membuat pustaka bergerak yang mengakomodasi kebutuhan buku-buku terutama di daerah-daerah. Selain itu juga mendirikan taman baca sehingga anak-anak bisa mengakses buku dengan mudah.